Kamis, 12 Desember 2013

Peradaban Lembah Sungai Indus dan Sungai Gangga

Sungai Indus

Kebudayaan India Awal

Letak peradaban terbesar bangsa India adalah teletak di Mohenjodaro dan Harapa. Suku asli India adalah bangsa Dravida yang kemudian eksistensinya sedikit demi sedikit tergusur oleh kedatangan bangsa Arya dari Asia Barat[1]. Peradaban India sering disebut dengan peradaban sungai Indus yang dialiri oleh lima anak sungai yaitu; Yellum, Chenab, Ravi, Beas, Suttly yang kemudian terkenal dengan sebutan Punjab (Daerah lima Aliran Sungai). Peradaban lembah sungai Indus sebanding dengan peradaban Mesopotamia, lembah sungai Huangho, dan Mesir,dengan penduduk asli adalah orang-orang Dravida, mempunyai cirri-ciri berkulit hitam dan pada saat itu mereka belum mempunyai kepercayaan atau agama yang tetap.[2]
Seperti yang telah disinggung diatas hasil peradaban terbesar lembah sungai Indus adalah keberadaan kota Mohenjodaro dan Harapa. Kota Mohenjodaro merupakan gambaran kota pada masa India lama. Disana telah ditemukan bangunan perumahan, balai besar dan juga pemandian. Bahan pokok dari bangunan-bangunan tersebut adalah sebuah batu bata merah dengan ukuran kira-kira 25 X 50 X 3,5 inchi. Rumah-rumah padakota Mohenjodaro mempunyai halaman-halaman yang luas.
Letak kota lembah sungai Indus sendiri tepatnya di daerah perbukitan Baluchistan yang kemudian menghasilkan kebudayaan Nal. Daerah-daerah yang terletak di sepanjang sungai  Indus kemudian sering disebut dengan kebudayaan Harappa dan Mohenjodaro. Letak Mohenjodaro dan Harappa sendiri kurang lebih 800 km[3]. Dalam penggalian terbaru telah banyak ditemukan kota-kota baru di Mohenjodaro dan Harappa. Pada masa Mohenjodaro dan Harappa telah ditemukan benda-benda yang pada saat itu sudah merupakan benda yang sangat mengagumkan dengan keunikan dan keelokan tersendiri.
Dengan sumber-sumber yang telah ada membuktikan bahwa sungai Indus, tepatnya peradaban lembah sungi Indus telah menjadi salah satu sumber perdaban di dunia. Padahal pada waktu Indonesia belum berkembang seperti halnya India, ataupun Mesopotamia, Mesir dan bahkan Eropa.

Peradaban Lembah Sungai Indus


Berdasarkan penggalian arkeologis di Mohenjo Daro[4] (Distrik  Larkana, Sind) dan di Harappa (Distrik Montgomery, Punjab), dapat dibuktikan bahwa ±5000 tahun lalu muncul komunitas beradab di wilayah ini. Keantikan peradaban Lembah Sungai Indus karena periodenya yang sejajar dengan peradaban di lembah Sungai Nil di Mesir dan peradaban lembah Sungai Eufrat-Tigris di Mesopotamia. Sayangnya, belum ditemukan rekaman tertulis mengenai peradaban lembah Sungai Indus.
Penggalian-penggalian arkeologis berhasil menemukan puing-puing kota besar (big city) yang diduga dibangun beberapa kali. Dijumpai bangunan atau gedung tempat tinggal dari ukuran terkecil (berisi dua kamar) hingga gedung mewah di kanan-kiri jalan yang luas dan lurus. Gedung-gedung tersebut terbuat dari bata. Gedung-gedung besar mempunyai dua atau lebih loteng, dilengkapi dengan lantai ubin dan halaman, pintu, jendela, dan tangga-tangga sempit. Hampir setiap gedung itu mempunyai sumur, pipa saluran, dan kamar mandi. Terdapat bangunan-bangunan besar yang diduga adalah istana, kuil, dan gedung kota praja.
Ada pula kolam besar (big bath) berupa alun-alun segi empat yang luas dengan serambi dan ruangan-ruangan di semua sisi. Terdapat kolam besar di tengahnya, yang sekelilingnya diberi pagar. Air disalurkan melalui pipa-pipa besar. Kolam besar tersebut mempunyai panjang 180 kaki (55 m), lebarnya 108 kaki (33m), dan dinding luarnya mempunyai ketebalan 8 kaki (2 m).
Kesan yang didapatkan dari peninggalan arkeologis yang ditemukan, peradaban Lembah Sungai Indus merupakan kota besar yang padat penduduknya. Sistem sanitasi dan pembuangan air sudah maju. Penduduknya pun menikmati kemewahan. Seni bangunan telah mencapai derajat kesempurnaan yang tinggi. Bangunan yang ada telah mengesankan bahwa telah ada suatu town planning, kota dirancang dengen tertata dan rapi.
Menurut Tom B.Jones dalam buku From Tigris to the Tiber : An Introduction o Ancient History, peradaban lembah Sungai Indus memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.       Merupakan sebuah negara agama atau teokrasi.
2.       Memiliki stratifikasi sosial yang jelas.
3.       Terdapat golongan pendeta.
4.       Dalam bidang ekonomi, literatur dan lembaga pengetahuan telah ditata dengan teratur.
Identifikasi peradaban lembah Sungai Indus[5]:
1.       Makanan
Makanan utama penduduk ialah gandum, gandum untuk dibuat minuman keras (barley malt) dan sebangsa kurma. Mereka juga makan daging domba, babi, ikan, dan telur.
2.       Baju dan Perhiasan
Kain katun umum digunakan sebagai pakaian. Wool untuk pakaian penghangat. Perhiasan dipakai baik oleh wanita maupun pria, misalnya, kalung, gelang tangan, dan cincin. Perhiasan yang khusus dipakai kaum wanita ialah korset, cincin hidung, anting-anting dan gelang kaki. Perhiasan ini pada umumnya terbuat dari emas, perak, gading, tembaga dan bat mulia seperti batu giok dan akik.
3.       Barang-barang rumah tangga
Kendi yang beraneka ragam telah dibuat dengan roda, ada yang sederhana dan ada yang dilukis. Kendi biasanya dibuat dari tembaga, perak, dan porselin. Besi belum dikenal. Jarum dan sisir dibuat dari batu atau gading. Kapak, pahatan, pisau, sabit, pancing, dan silet dibuat dari tembaga dan perunggu. Ada mainan anak-anak misalnya kereta dan kursi kecil beroda. Ditemukan pua potongan-potongan dadu.
4.       Pemeliharaan Binatang
Sisa-sisa kerangka membuktikan bahwa sapi jantan, kerbau, biri-biri, gajah, dan unta telah dipelihara. Anjing juga sudah dipelihara sedangkan kuda belum.
5.       Senjata-senjata Perang
Meliputi kapak, tombak, pisau belati, tongkat, busur dan anak panah. Pedang belum ditemukan. Juga tidak dijumpai perisai, topi baja atau baju zirah. Senjata-senjata tersebut dibuat dari tembaga atau perunggu.
6.       Materai
Lebih dari 500 materai telah ditemukan, terbuat dari lepengan tanah liat yang dibakar dan ukurannya kecil. Beberapa materai berisi gambar binatang atau tulisan piktorial yang belum dapat diuraikan.
7.       Kesenian
Adanya gambar-ambar dalam materai menunjukkan seni yang tinggi. Di Harappa ditemukan potongan-potongan bat yang dipahat.
8.       Perdagangan
Materai-materai yang ditemukan itu berkaitan dengan dunia perdagangan. Rakyat lembah Indus tidak hanya berdagang dengan bagian lain wilayah India, tetapi juga dengan negara-negara Asia lain seperti Bangsa Sumeria. Dri perdagangan itu, didatangkan timah, tembaga, dan batu mulia dari luar India.
9.       Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk telah dapat diidentifikasi. Pertanian memainkan peran yang penting. Gandum dan katun ditanam dalam skala besar mata pencaharian lain dalam masyarakat adalah pembuat barang pecah belah, penenun, tukang pembuat hiasan dinding, dan pemotong batu. Kemajuan teknik ditunjukkan oleh roda untuk membuat barang pecah belah, pembakaran batu-batu, pencetakan dan pengolahan logam.
10.   Agama
Barang-barang peninggalan di Mohenjo Daro memperlihatkan kepercayaan rakyat. Mereka diduga memuja Divine Mother (Dewi Pertiwi), meyakini energi wanita sebagai sumber seluruh penciptaan. Ada pula dewa pria yang diduga sebagai prototipe Dwa Siwa. Dalam satu materai, Siwa digambarkan duduk dalam posisi yoga, dikelilingi binatang-binatang. Dia memiliki tiga wajah. Di sini dapat ditarik kesimpulan adanya hubungan organik antara peradaban Lembah Sugai Indus dengan Hinduisme sekarang. Peradaban Sungai Indus merupakan sumber peradaban berikutnya, memberikan kontribusi penting dalam pertumbuhan dan perkembangan peradaban India.
11.   Kronologi
Periode eksistensi peradaban Sungai Indus diduga berlangsung paling awal ± 2900 SM atau sampai ± 1700 SM. Sementara migrasi bangsa Arya ke India diperkirakan terjadi ± 2000-1500 SM.
                Ada beberapa pendapat mengenai siapa pendukug peradaban sungai Indus, yaitu:
1.      Orang-orang Sumeria
2.      Orang-orang Dravida
3.      Antara Sumeria dengan Dravida identik. Menurut pendapat ketiga ini, orang-orang Dravida pada suatu waktu mendiami seluruh India, termasuk wilayah Punjab, Sind, dan Baluchistan. Secara bertahap mereka beremigrasi ke Mesopotamia. Fakta bahwa rumpun Bahasa Dravida masih dipakai oleh orang-orang Brahui yang tinggal di Baluchistan sekarang, dijadikan penguat pendapat ini.
Ada beberapa faktor yang dapat diajukan mengenai keruntuhan peradaban Sungai Indus ini, yaitu[6]:
1.       Kesulitan untuk mengontrol Sungai Indus bila terjadi banjir. Harappa barangkali ditinggalkan penduduknya karena bencana banjir.
2.       Penggundulan hutan oleh penduduk lembah Sungai Indus untuk diambil kayunya. Akibat penggundulan hutan ini adalah bahaya banjir dan erosi.
3.       Serbuan asing yang diperkirakan dilakukan oleh bangsa Arya. Bukti yang mendukung hal ini misalnya adalah ditemukannya kumpulan tulang belulang yang berserakan di suatu ruangan besar di tangga menuju tempat pemandian. Bentuk dan sikap tulang belulang itu ada yang menggeliat dalam posisi takut karena timbulnya serangan mendadak.

Peradaban Sungai Gangga


A.    Pusat Peradaban
Lembah sungai Gangga terletak antara Pegunungan Himalaya dan PegununganWindya-Kedna. Sungai itu bermata air di Pegunungan Himalaya dan mengalir melalui kota-kota besar seperti Delhi, Agra, Allahabad, Patna, Benares melalui wilayah Bangladesh danbermuara di teluk Benggala. Sungai  Gangga bertemu dengan sungai KwenLun. Dengan keadaan alam seperti itu tidak heran jika lembah Sungai Gangga ini sangat subur.
Pendukung peradaban lembah Sungai Gangga adalah bangsa Aria yang termasuk bangsaIndo Jerman. Bangsa Arya memasuki wilayah India antara tahun 200-1500 SM, melaluiCelah Kaibar di Pegunungan Hirnalaya.
Kebudayaan lembah Sungai Gangga merupakan kebudayaan campuran antara kebudayaan bangsa Aria dengan bangsa Dravida. Hal ini di sesuaikan dengan nama daerah tempat bercampurnya kebudayaan,yaitu daerah Shindu atau Hindustan.
Peradaban lembah Sungai Gangga meninggalkan jejak yang sangat penting dalam sejarah umat manusia hingga kini. Di tempat ini muncul dua agama besar dunia,yaitu agama Hindu dan Buddha. Agama hindu lahir dari budaya campuran bangsa Aria dan Dravida itu. Bahkan peradaban dan kehidupan bangsa hindu tesebut tercantum dalam kitab suci agama hindu, yaitu kitab Weda, Brahmana dan Upanisad. Agama Hindu merupakan perwujudandari kepercayaan peradaban bangsa Hindu. Sungai Gangga di anggap sebagai tempatkeramat dan suci bagi penganut Hindu India.Air Sungai Gangga dianggap dapat menyucikan diri manusia dan penghapus semua dosanya. Masyarakat Hindu memuja banyak dewa (Politeisme). Dewa-dewa tersebut, antara lain, Dewa Bayu (Dewa Angin), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain sebagainya.
Sementara itu, agama Buddha lahir sebagai bentuk reaksi beberapa golongan atas ajaran kaum Brahmana yang dipimpin oleh Siddharta  Gautama. Ia adalah seorang putra mahkota kerajaan Kapilawastu. Siddharta mendapat sinar terang menjadi Sang Buddha yang berarti "Yang Disinari". Lambat laun agama Budhha dapat diterima masyarakat India  danmenyebar keberbagai belahan dunia.
B.     Pemerintahan
Perkembangan sistem pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan kelanjutan sistem pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai Shindus. Sejak runtuhnya Kerajaan Maurya,keadaan menjadi kacau dikarenakan peperangan antara kerajaan-kerajaan kecil yang ingin berkuasa. Keadaan ini baru dapat diamankan kembali setelah munculnya kerajaan-kerajaan baru. Kerajaan-kerajaan tersebut di antaranya Kerajaan Gupta dan Kerajaan Harsha.
1.        Kerajaan Gupta
Kerajaan ini didirikan oleh Raja Candragupta I (320-330 M) dengan pusatnya di lembah Sungai Gangga.Pada masa pemrintahannya agama Hindu dijadikan agama Negara, namun agama Buddha tetap dapat berkembang.
Kerajaan Gupta ini mencapai masa paling gemilang ketika Raja Samudra Gupta berkuasa,ia adalah cucu dari Candragupta I. seluruh lembah Sungai Gangga dan lembah Sungai Shindu berhasil dikuasainya dan ia menjadikan kota Ayodhia sebagai ibukota kerajaan.
Kemudian Pengganti Raja Samudragupta adalah Candragupta I(375-415 M), yang dikenal sebagai Wikramaditiya. Di bawah pemerintahan Candragupta II kehidupan rakyat semakin makmur dan sejahtera.. Kesusastraan mengalami masa gemilang. Pujangga yang terkenal pada masa ini adalah pujangga Kalidasa dengan karangannya berjudul "Syakuntala". Perkembangan seni patung mencapai kemajuan yang juga pesat. Hal ini terlihat dari pahatan-pahatan dan patung-patung terkenal menghiasi kuil-kuil di Syanta.Dalam-perkembangannya Kerajaan Gupta mengalami kemunduran setelahRaja Candragupta IIwafat. India mengalami masa kegelapan selama kurang lebih dua abad.
2.      KerajaanHarsha
Pada abad ke-7 M muncul Kerajaan Harsha dengan rajanya Harshawardana. Ibu kota Kerajaan Harsha adalah Kanay. Harshawardana merupakan seorang pujangga besar. Pada zamannya kesusastraan dan pendidikan berkembang pesat. Salah satu pujangga yang terkenal pada masa kekuasaannya adalah pujangga Banadengan karyanya berjudul "Harshacarita".Raja Harsha pada awalnya memeluk agama Hindu, tetapi kemudian memeluk agama Buddha. Di tepi Sungai Gangga banyak dibangun wihara dan stupa, serta dibangun tempat-tempat penginapan dan fasilitas kesehatan. Candi-candi yang rusak diperbaiki dan membangun candi-candi baru. Setelah masa pemerintahan Raja Harshawardana hingga abad ke-11 M tidak pernah diketahui adanya raja-raja yang pernah berkuasa di Harsha.Sehingga India kembali mengalami masa kegelapan
C.     Kebudayaan Lembah Sungai Gangga
Perkembangan kebudayaan masyarakat Lembah Sungai Gangga mengalami kemajuan banyak kemajauan dibidang kesenian, seperti kesusastraan, seni pahat, dan seni patung berkembang dengan pesat. Peradaban dari lembah sungai ini kemudian menyebar ke daerah-daerah lain di Asia termasuk di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA :
Wayan,I Badrika.2006, Sejarah untuk SMA jilid 1 Kelas X, Jakarta: Penerbit Erlangga


               






[1] R.C. Majmundar, dkk. An Advanced History of India. London: Macmilan & Co LTD. 1998. Hlm 24, dalam Supardi. Diktat Sejarah Asia Selatan.
[2] Supardi. Diktat Sejarah Asia Selatan. Hlm 6.
[3]Abu, Suud. Memahami Sejarah Bangsa-bangsa di Asia Selatan (Sejak Masa Purba Sampai Masa Kedatangan Islam). Jakarta: DEDIKBUD, DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN TINGGI, PROYEK PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN. 1988. Hlm 37, dalam Supardi. Diktat Sejarah Asia Selatan.
[4] Mohenjo Daro (bukit kematian) adalah sebuah bukit di Dataran Larkana, Sind. Wilayah ini dan sekitarnya cukup subur sehingga dikenal sebagai Nakhlistan (Taman Kota Sind)
[5] Suwarno. Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Ombak. 2012. Hlm 19-22.
[6]Suwarno. Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Ombak. 2012. Hlm 22.

5 komentar: