Sungai Indus
Kebudayaan India Awal
Kebudayaan India Awal
Letak peradaban terbesar bangsa India adalah
teletak di Mohenjodaro dan Harapa. Suku asli India adalah bangsa Dravida yang
kemudian eksistensinya sedikit demi sedikit tergusur oleh kedatangan bangsa
Arya dari Asia Barat[1].
Peradaban India sering disebut dengan peradaban sungai Indus yang dialiri oleh
lima anak sungai yaitu; Yellum, Chenab, Ravi, Beas, Suttly yang kemudian terkenal
dengan sebutan Punjab (Daerah lima Aliran Sungai). Peradaban lembah sungai Indus
sebanding dengan peradaban Mesopotamia, lembah sungai Huangho, dan Mesir,dengan
penduduk asli adalah orang-orang Dravida, mempunyai cirri-ciri berkulit hitam dan
pada saat itu mereka belum mempunyai kepercayaan atau agama yang tetap.[2]
Seperti yang telah disinggung diatas hasil peradaban
terbesar lembah sungai Indus adalah keberadaan kota Mohenjodaro dan Harapa.
Kota Mohenjodaro merupakan gambaran kota pada masa India lama. Disana telah
ditemukan bangunan perumahan, balai besar dan juga pemandian. Bahan pokok dari
bangunan-bangunan tersebut adalah sebuah batu bata merah dengan ukuran
kira-kira 25 X 50 X 3,5 inchi. Rumah-rumah padakota Mohenjodaro mempunyai
halaman-halaman yang luas.
Letak kota lembah sungai Indus sendiri
tepatnya di daerah perbukitan Baluchistan yang kemudian menghasilkan kebudayaan
Nal. Daerah-daerah yang terletak di sepanjang sungai Indus kemudian sering disebut dengan
kebudayaan Harappa dan Mohenjodaro. Letak Mohenjodaro dan Harappa sendiri
kurang lebih 800 km[3]. Dalam
penggalian terbaru telah banyak ditemukan kota-kota baru di Mohenjodaro dan
Harappa. Pada masa Mohenjodaro dan Harappa telah ditemukan benda-benda yang
pada saat itu sudah merupakan benda yang sangat mengagumkan dengan keunikan dan
keelokan tersendiri.
Dengan sumber-sumber yang telah ada membuktikan
bahwa sungai Indus, tepatnya peradaban lembah sungi Indus telah menjadi salah
satu sumber perdaban di dunia. Padahal pada waktu Indonesia belum berkembang
seperti halnya India, ataupun Mesopotamia, Mesir dan bahkan Eropa.
Peradaban
Lembah Sungai Indus
Berdasarkan penggalian arkeologis di Mohenjo Daro[4] (Distrik Larkana, Sind) dan di Harappa (Distrik Montgomery, Punjab), dapat dibuktikan bahwa ±5000 tahun lalu muncul komunitas beradab di wilayah ini. Keantikan peradaban Lembah Sungai Indus karena periodenya yang sejajar dengan peradaban di lembah Sungai Nil di Mesir dan peradaban lembah Sungai Eufrat-Tigris di Mesopotamia. Sayangnya, belum ditemukan rekaman tertulis mengenai peradaban lembah Sungai Indus.
Penggalian-penggalian arkeologis berhasil
menemukan puing-puing kota besar (big city) yang diduga dibangun beberapa kali.
Dijumpai bangunan atau gedung tempat tinggal dari ukuran terkecil (berisi dua
kamar) hingga gedung mewah di kanan-kiri jalan yang luas dan lurus.
Gedung-gedung tersebut terbuat dari bata. Gedung-gedung besar mempunyai dua
atau lebih loteng, dilengkapi dengan lantai ubin dan halaman, pintu, jendela,
dan tangga-tangga sempit. Hampir setiap gedung itu mempunyai sumur, pipa
saluran, dan kamar mandi. Terdapat bangunan-bangunan besar yang diduga adalah
istana, kuil, dan gedung kota praja.
Ada pula kolam besar (big bath) berupa
alun-alun segi empat yang luas dengan serambi dan ruangan-ruangan di semua sisi.
Terdapat kolam besar di tengahnya, yang sekelilingnya diberi pagar. Air
disalurkan melalui pipa-pipa besar. Kolam besar tersebut mempunyai panjang 180
kaki (55 m), lebarnya 108 kaki (33m), dan dinding luarnya mempunyai ketebalan 8
kaki (2 m).
Kesan yang didapatkan dari peninggalan
arkeologis yang ditemukan, peradaban Lembah Sungai Indus merupakan kota besar
yang padat penduduknya. Sistem sanitasi dan pembuangan air sudah maju.
Penduduknya pun menikmati kemewahan. Seni bangunan telah mencapai derajat
kesempurnaan yang tinggi. Bangunan yang ada telah mengesankan bahwa telah ada
suatu town planning, kota dirancang dengen tertata dan rapi.
Menurut Tom B.Jones dalam buku From Tigris to
the Tiber : An Introduction o Ancient History, peradaban lembah Sungai Indus
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Merupakan sebuah negara agama atau teokrasi.
2. Memiliki stratifikasi sosial yang jelas.
3. Terdapat golongan pendeta.
4. Dalam bidang ekonomi, literatur dan lembaga pengetahuan telah ditata
dengan teratur.
Identifikasi peradaban lembah Sungai Indus[5]:
1. Makanan
Makanan
utama penduduk ialah gandum, gandum untuk dibuat minuman keras (barley malt)
dan sebangsa kurma. Mereka juga makan daging domba, babi, ikan, dan telur.
2. Baju dan Perhiasan
Kain katun
umum digunakan sebagai pakaian. Wool untuk pakaian penghangat. Perhiasan
dipakai baik oleh wanita maupun pria, misalnya, kalung, gelang tangan, dan
cincin. Perhiasan yang khusus dipakai kaum wanita ialah korset, cincin hidung,
anting-anting dan gelang kaki. Perhiasan ini pada umumnya terbuat dari emas,
perak, gading, tembaga dan bat mulia seperti batu giok dan akik.
3. Barang-barang rumah tangga
Kendi yang
beraneka ragam telah dibuat dengan roda, ada yang sederhana dan ada yang
dilukis. Kendi biasanya dibuat dari tembaga, perak, dan porselin. Besi belum
dikenal. Jarum dan sisir dibuat dari batu atau gading. Kapak, pahatan, pisau,
sabit, pancing, dan silet dibuat dari tembaga dan perunggu. Ada mainan
anak-anak misalnya kereta dan kursi kecil beroda. Ditemukan pua
potongan-potongan dadu.
4. Pemeliharaan Binatang
Sisa-sisa
kerangka membuktikan bahwa sapi jantan, kerbau, biri-biri, gajah, dan unta
telah dipelihara. Anjing juga sudah dipelihara sedangkan kuda belum.
5. Senjata-senjata Perang
Meliputi
kapak, tombak, pisau belati, tongkat, busur dan anak panah. Pedang belum
ditemukan. Juga tidak dijumpai perisai, topi baja atau baju zirah. Senjata-senjata
tersebut dibuat dari tembaga atau perunggu.
6. Materai
Lebih dari
500 materai telah ditemukan, terbuat dari lepengan tanah liat yang dibakar dan
ukurannya kecil. Beberapa materai berisi gambar binatang atau tulisan piktorial
yang belum dapat diuraikan.
7. Kesenian
Adanya
gambar-ambar dalam materai menunjukkan seni yang tinggi. Di Harappa ditemukan
potongan-potongan bat yang dipahat.
8. Perdagangan
Materai-materai
yang ditemukan itu berkaitan dengan dunia perdagangan. Rakyat lembah Indus
tidak hanya berdagang dengan bagian lain wilayah India, tetapi juga dengan
negara-negara Asia lain seperti Bangsa Sumeria. Dri perdagangan itu,
didatangkan timah, tembaga, dan batu mulia dari luar India.
9. Mata Pencaharian
Mata
pencaharian penduduk telah dapat diidentifikasi. Pertanian memainkan peran yang
penting. Gandum dan katun ditanam dalam skala besar mata pencaharian lain dalam
masyarakat adalah pembuat barang pecah belah, penenun, tukang pembuat hiasan
dinding, dan pemotong batu. Kemajuan teknik ditunjukkan oleh roda untuk membuat
barang pecah belah, pembakaran batu-batu, pencetakan dan pengolahan logam.
10. Agama
Barang-barang
peninggalan di Mohenjo Daro memperlihatkan kepercayaan rakyat. Mereka diduga
memuja Divine Mother (Dewi Pertiwi), meyakini energi wanita sebagai sumber
seluruh penciptaan. Ada pula dewa pria yang diduga sebagai prototipe Dwa Siwa.
Dalam satu materai, Siwa digambarkan duduk dalam posisi yoga, dikelilingi
binatang-binatang. Dia memiliki tiga wajah. Di sini dapat ditarik kesimpulan
adanya hubungan organik antara peradaban Lembah Sugai Indus dengan Hinduisme
sekarang. Peradaban Sungai Indus merupakan sumber peradaban berikutnya,
memberikan kontribusi penting dalam pertumbuhan dan perkembangan peradaban
India.
11. Kronologi
Periode
eksistensi peradaban Sungai Indus diduga berlangsung paling awal ± 2900 SM atau sampai ± 1700 SM.
Sementara migrasi bangsa Arya ke India diperkirakan terjadi ± 2000-1500 SM.
Ada beberapa
pendapat mengenai siapa pendukug peradaban sungai Indus, yaitu:
1. Orang-orang Sumeria
2. Orang-orang Dravida
3. Antara Sumeria dengan Dravida identik. Menurut pendapat ketiga ini,
orang-orang Dravida pada suatu waktu mendiami seluruh India, termasuk wilayah
Punjab, Sind, dan Baluchistan. Secara bertahap mereka beremigrasi ke
Mesopotamia. Fakta bahwa rumpun Bahasa Dravida masih dipakai oleh orang-orang
Brahui yang tinggal di Baluchistan sekarang, dijadikan penguat pendapat ini.
Ada beberapa faktor yang dapat diajukan mengenai
keruntuhan peradaban Sungai Indus ini, yaitu[6]:
1. Kesulitan untuk mengontrol Sungai Indus bila terjadi banjir. Harappa
barangkali ditinggalkan penduduknya karena bencana banjir.
2. Penggundulan hutan oleh penduduk lembah Sungai Indus untuk diambil
kayunya. Akibat penggundulan hutan ini adalah bahaya banjir dan erosi.
3. Serbuan asing yang diperkirakan dilakukan oleh bangsa Arya. Bukti yang
mendukung hal ini misalnya adalah ditemukannya kumpulan tulang belulang yang
berserakan di suatu ruangan besar di tangga menuju tempat pemandian. Bentuk dan
sikap tulang belulang itu ada yang menggeliat dalam posisi takut karena
timbulnya serangan mendadak.
Peradaban Sungai Gangga
Peradaban Sungai Gangga
Lembah sungai Gangga terletak antara Pegunungan Himalaya dan PegununganWindya-Kedna. Sungai itu bermata air di Pegunungan Himalaya dan mengalir melalui kota-kota besar seperti Delhi, Agra, Allahabad, Patna,
Benares melalui wilayah
Bangladesh danbermuara di teluk Benggala. Sungai Gangga bertemu dengan sungai KwenLun. Dengan keadaan alam seperti itu tidak heran jika lembah
Sungai Gangga ini sangat subur.
Pendukung peradaban lembah Sungai Gangga adalah bangsa Aria yang termasuk bangsaIndo Jerman. Bangsa Arya memasuki wilayah India antara tahun 200-1500 SM, melaluiCelah Kaibar di Pegunungan Hirnalaya.
Kebudayaan lembah Sungai Gangga merupakan kebudayaan campuran antara kebudayaan bangsa Aria dengan bangsa Dravida. Hal ini di sesuaikan dengan nama daerah tempat bercampurnya kebudayaan,yaitu daerah Shindu atau Hindustan.
Peradaban lembah Sungai Gangga meninggalkan jejak yang sangat penting dalam sejarah umat manusia hingga kini. Di tempat ini muncul dua agama besar dunia,yaitu agama Hindu
dan Buddha. Agama hindu lahir dari budaya campuran bangsa Aria dan Dravida itu. Bahkan peradaban dan kehidupan bangsa hindu tesebut tercantum dalam kitab suci agama hindu, yaitu kitab Weda, Brahmana dan Upanisad.
Agama Hindu merupakan perwujudandari kepercayaan peradaban bangsa Hindu. Sungai Gangga di anggap sebagai tempatkeramat dan suci bagi penganut
Hindu India.Air Sungai Gangga dianggap dapat menyucikan diri manusia dan penghapus semua dosanya. Masyarakat Hindu memuja banyak
dewa (Politeisme). Dewa-dewa tersebut, antara lain, Dewa Bayu (Dewa Angin),
Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain sebagainya.
Sementara itu, agama Buddha
lahir sebagai bentuk reaksi beberapa golongan atas ajaran kaum Brahmana
yang dipimpin oleh Siddharta Gautama. Ia adalah seorang putra mahkota kerajaan Kapilawastu. Siddharta mendapat sinar terang menjadi Sang Buddha yang berarti "Yang
Disinari". Lambat laun agama
Budhha dapat diterima masyarakat India danmenyebar keberbagai belahan dunia.
B. Pemerintahan
Perkembangan sistem
pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan kelanjutan sistem pemerintahan
masyarakat di daerah Lembah Sungai Shindus. Sejak runtuhnya Kerajaan
Maurya,keadaan menjadi kacau dikarenakan peperangan antara
kerajaan-kerajaan kecil yang ingin berkuasa. Keadaan ini baru dapat diamankan kembali setelah munculnya kerajaan-kerajaan baru.
Kerajaan-kerajaan tersebut di antaranya Kerajaan Gupta dan Kerajaan Harsha.
1. Kerajaan
Gupta
Kerajaan ini didirikan oleh Raja
Candragupta I (320-330 M)
dengan pusatnya di lembah Sungai
Gangga.Pada masa pemrintahannya agama Hindu dijadikan
agama Negara, namun agama Buddha tetap dapat berkembang.
Kerajaan Gupta ini mencapai masa paling gemilang ketika Raja Samudra Gupta berkuasa,ia adalah cucu dari Candragupta I. seluruh lembah Sungai Gangga dan lembah
Sungai Shindu berhasil dikuasainya dan ia menjadikan kota Ayodhia sebagai ibukota kerajaan.
Kemudian Pengganti Raja Samudragupta adalah Candragupta I(375-415 M), yang
dikenal sebagai Wikramaditiya.
Di bawah pemerintahan Candragupta II kehidupan rakyat semakin makmur dan
sejahtera.. Kesusastraan mengalami masa gemilang. Pujangga yang terkenal pada
masa ini adalah pujangga Kalidasa dengan karangannya berjudul
"Syakuntala". Perkembangan seni patung mencapai kemajuan yang juga
pesat. Hal ini terlihat dari pahatan-pahatan dan patung-patung terkenal
menghiasi kuil-kuil di Syanta.Dalam-perkembangannya Kerajaan Gupta mengalami kemunduran
setelahRaja Candragupta IIwafat. India mengalami masa kegelapan selama kurang
lebih dua abad.
2. KerajaanHarsha
Pada abad ke-7 M muncul
Kerajaan Harsha dengan rajanya Harshawardana.
Ibu kota Kerajaan Harsha adalah Kanay. Harshawardana merupakan seorang pujangga besar. Pada zamannya kesusastraan dan pendidikan berkembang
pesat. Salah satu pujangga yang terkenal pada masa kekuasaannya adalah pujangga Banadengan karyanya
berjudul "Harshacarita".Raja Harsha pada awalnya memeluk agama Hindu,
tetapi kemudian memeluk agama Buddha. Di tepi Sungai Gangga banyak dibangun
wihara dan stupa, serta dibangun tempat-tempat penginapan dan fasilitas
kesehatan. Candi-candi yang rusak diperbaiki dan membangun candi-candi baru.
Setelah masa pemerintahan Raja Harshawardana hingga abad ke-11 M tidak pernah
diketahui adanya raja-raja yang pernah berkuasa di
Harsha.Sehingga India kembali mengalami masa kegelapan
C. Kebudayaan
Lembah Sungai Gangga
Perkembangan kebudayaan masyarakat Lembah Sungai Gangga mengalami kemajuan banyak kemajauan dibidang kesenian, seperti kesusastraan, seni pahat, dan
seni patung berkembang dengan pesat. Peradaban dari lembah sungai
ini kemudian menyebar ke daerah-daerah lain di Asia termasuk di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA :
Wayan,I Badrika.2006, Sejarah untuk SMA jilid 1 Kelas X, Jakarta: Penerbit Erlangga
[1] R.C. Majmundar, dkk. An Advanced
History of India. London: Macmilan & Co LTD. 1998. Hlm 24, dalam
Supardi. Diktat Sejarah Asia Selatan.
[2] Supardi. Diktat Sejarah Asia Selatan. Hlm 6.
[3]Abu, Suud. Memahami Sejarah Bangsa-bangsa di Asia Selatan (Sejak Masa
Purba Sampai Masa Kedatangan Islam). Jakarta: DEDIKBUD, DIREKTORAT JENDRAL
PENDIDIKAN TINGGI, PROYEK PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN.
1988. Hlm 37, dalam Supardi. Diktat Sejarah Asia Selatan.
[4] Mohenjo Daro (bukit kematian) adalah sebuah bukit di Dataran Larkana,
Sind. Wilayah ini dan sekitarnya cukup subur sehingga dikenal sebagai Nakhlistan (Taman Kota Sind)
[5] Suwarno. Dinamika Sejarah Asia
Selatan. Yogyakarta: Ombak. 2012. Hlm 19-22.
[6]Suwarno. Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Ombak. 2012. Hlm
22.
peradaban sungai indus dan gangga
BalasHapusperadaban sungai indus dan gangga
BalasHapuslengkap kali ya
BalasHapus
BalasHapusartikelnya sangat bermanfaat, smoga artikel saya dpt saling melengkapi artikel kk
.
Pengaruh Peradaban Awal Masyarakat Dunia terhadap Peradaban Indonesia
seneng banget kalo nemu artikel yang lengkap + sumber :'3 thanks gan
BalasHapus